
Enam Napi Kabur
Pada Rabu pagi, 28 Februari 2024, sebanyak enam narapidana (napi) melarikan diri dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Wamena, Papua. Salah satu dari mereka adalah seorang tokoh penting, yakni Panglima Organisasi Papua Merdeka (OPM), yang kini menjadi buronan polisi. Kejadian ini menambah daftar panjang masalah yang dihadapi oleh sistem pemasyarakatan di Indonesia, terutama terkait dengan tingginya tingkat pelarian dari lembaga pemasyarakatan di wilayah Papua.
Enam Napi Kabur dari Lapas Wamena
Kejadian pelarian ini pertama kali terungkap ketika petugas lapas melakukan pengecekan rutin pada pukul 07.00 WIT. Pada saat itu, mereka mendapati bahwa enam napi yang seharusnya berada di dalam sel tidak ada di tempat. Lapas Wamena yang terletak di Kabupaten Jayawijaya, Papua. Menjadi lokasi yang penuh tantangan dalam hal pengamanan karena faktor geografis dan kondisi daerah yang sering dilanda ketegangan politik.
Menurut keterangan resmi dari Kepala Lapas Wamena, Yuliana Sihombing, pihaknya kini tengah melakukan penyelidikan intensif. Untuk mengungkap bagaimana para napi tersebut berhasil melarikan diri. “Kami sedang berkoordinasi dengan pihak kepolisian dan tim gabungan dari aparat keamanan lainnya untuk mencari tahu penyebab dan cara mereka kabur. Kami berharap bisa segera menangkap mereka,” ujarnya dalam konferensi pers yang digelar pada sore hari.
Identitas Para Napi yang Kabur
Salah satu napi yang melarikan diri adalah Panglima OPM, seorang tokoh separatis yang sudah lama menjadi buronan aparat. Panglima OPM tersebut, yang dikenal dengan nama Yonas Wenda, ditahan atas berbagai tuduhan terkait aktivitas separatis dan tindak kekerasan yang dilakukan di Papua. Keberhasilan Yonas Wenda dalam melarikan diri semakin mempersulit upaya pemerintah Indonesia dalam menangani permasalahan keamanan di wilayah Papua. Selama ini telah mengalami ketegangan antara kelompok separatis dan aparat keamanan.
Selain Yonas Wenda, lima napi lainnya yang kabur termasuk individu yang juga memiliki latar belakang kriminal serius. Seperti kasus penyelundupan narkoba dan pembunuhan. Pihak kepolisian segera meningkatkan pengawasan dan membentuk tim pencari untuk melacak keberadaan mereka. Polisi juga telah meminta bantuan dari masyarakat untuk memberikan informasi terkait jejak keberadaan napi-napi yang kabur tersebut.
Pelarian Napi di Papua: Apa Penyebabnya?
Pelarian napi dari Lapas Wamena bukanlah kejadian pertama yang terjadi di Papua. Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah kasus serupa juga dilaporkan terjadi di berbagai lapas di wilayah tersebut. Tingginya tingkat pelarian di Papua dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk kondisi geografis yang sulit dijangkau, keterbatasan sumber daya manusia dan fasilitas di lembaga pemasyarakatan, serta ketegangan sosial-politik yang terjadi di wilayah tersebut.
Selain itu, ada dugaan bahwa faktor korupsi dan lemahnya pengawasan internal di dalam lapas turut berkontribusi terhadap kejadian ini. Beberapa napi yang memiliki koneksi dengan kelompok separatis atau sindikat kriminal besar kemungkinan mendapatkan bantuan dari luar lapas untuk memudahkan pelarian mereka. Hal ini menambah tantangan bagi pihak berwenang dalam memastikan keamanan dan ketertiban di dalam lembaga pemasyarakatan.
Menurut pendapat pengamat hukum, Ahmad Fauzi, lemahnya sistem pengamanan di Lapas Wamena mencerminkan masalah struktural yang lebih besar dalam pengelolaan lembaga pemasyarakatan di Indonesia. “Penting bagi pemerintah untuk melakukan evaluasi mendalam terhadap kondisi lapas di seluruh Indonesia, terutama di daerah-daerah rawan seperti Papua. Pengawasan yang lebih ketat dan pembenahan sistem di dalam lapas menjadi kunci untuk mencegah kejadian-kejadian serupa di masa mendatang,” jelas Ahmad.
Tindak Lanjut Pihak Kepolisian dan Pemerintah
Setelah kejadian ini, pihak kepolisian dan pemerintah Papua telah meningkatkan patroli di seluruh wilayah Jayawijaya dan sekitarnya. Selain itu, aparat juga melakukan pengepungan terhadap sejumlah lokasi yang diduga menjadi tempat persembunyian para napi yang kabur. Pencarian juga dilakukan dengan melibatkan tim dari Detasemen Khusus (Densus) 88 dan pasukan Brimob.
Pihak berwenang juga telah mengimbau masyarakat untuk tidak menolong atau menyembunyikan para napi yang kabur, dengan ancaman pidana bagi siapa saja yang terlibat dalam membantu pelarian mereka. Dalam langkah lain, pemerintah pusat berjanji akan menambah anggaran untuk perbaikan fasilitas keamanan dan peningkatan kapasitas petugas di lapas-lapas yang ada di wilayah rawan, termasuk di Papua.