
Netanyahu Kompensasi Kerusakan Gaza
ISTANBUL – Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menyatakan tuntutan kepada Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Untuk membayar kompensasi atas kerusakan yang terjadi di Gaza sebagai akibat dari serangan militer Israel. Pernyataan tersebut disampaikan pada konferensi pers yang digelar di Istanbul pada hari Jumat, 9 Februari 2025, yang kemudian mendapat sorotan internasional.
Erdogan menegaskan bahwa tindakan Israel terhadap Gaza selama beberapa bulan terakhir telah menimbulkan kerusakan parah terhadap infrastruktur dan kehidupan warga sipil. Menurutnya, Israel harus bertanggung jawab atas kerusakan tersebut dan memberikan kompensasi yang setimpal. Kepada rakyat Gaza yang menderita akibat serangan udara dan darat yang terjadi.
Kerusakan yang Ditimbulkan oleh Serangan Israel
Konflik antara Israel dan Hamas di Gaza telah berlangsung selama beberapa dekade. Namun eskalasi terbaru yang terjadi pada akhir tahun lalu mengakibatkan kerusakan yang sangat besar. Ratusan bangunan, termasuk rumah, sekolah, dan fasilitas kesehatan, hancur akibat serangan udara Israel. Data yang dihimpun oleh organisasi non-pemerintah (NGO) di Gaza menunjukkan bahwa lebih dari 2.000 warga sipil meninggal. Sementara puluhan ribu lainnya terluka.
Menurut laporan dari United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA), sekitar 500.000 orang terpaksa mengungsi akibat serangan yang terus berlangsung. Infrastruktur di Gaza juga mengalami kerusakan parah, termasuk sistem air bersih dan listrik, yang memperburuk kondisi kemanusiaan di wilayah tersebut.
“Kami tidak bisa tinggal diam saat warga Gaza menderita. Israel harus bertanggung jawab atas segala kerusakan yang ditimbulkan, dan Netanyahu harus membayar kompensasi untuk itu,” ujar Erdogan dengan tegas.
Tuntutan Erdogan untuk Kompensasi
Erdogan, yang dikenal dengan sikap tegasnya terhadap Israel, menyatakan bahwa Turki akan terus berjuang. Untuk memastikan bahwa Israel bertanggung jawab atas tindakan agresif yang dilakukan di Gaza. Ia menambahkan bahwa negara-negara Barat harus ikut menekan Israel agar tidak mengabaikan hak-hak kemanusiaan rakyat Palestina.
“Tuntutan ini bukan hanya untuk Gaza, tetapi juga untuk keadilan internasional. Dunia tidak bisa diam melihat penderitaan rakyat Palestina yang semakin memburuk akibat tindakan militer Israel,” lanjut Erdogan.
Pernyataan Erdogan ini mendapat respons beragam dari masyarakat internasional. Beberapa negara Timur Tengah, seperti Iran dan Qatar, menyambut baik langkah Turki yang berani menuntut kompensasi. Sementara negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat, menyatakan kekhawatiran atas kemungkinan eskalasi ketegangan lebih lanjut.
Reaksi Netanyahu dan Israel
Benjamin Netanyahu, yang saat ini tengah berjuang mempertahankan posisinya sebagai Perdana Menteri Israel, belum memberikan tanggapan resmi terhadap tuntutan Erdogan. Namun, sumber dari kantor Perdana Menteri Israel menyatakan bahwa Israel tidak akan menerima intervensi pihak ketiga dalam urusan internalnya. Bahwa langkah-langkah militer yang diambil Israel adalah untuk mempertahankan keamanan negara mereka.
Israel juga menekankan bahwa serangan yang dilakukan merupakan bagian dari upaya untuk menghentikan serangan roket yang dilancarkan oleh kelompok militan Hamas, yang selama ini menjadi ancaman bagi keamanan warga Israel. “Keamanan negara kami adalah prioritas utama, dan kami tidak akan berhenti melawan kelompok teroris yang mengancam warga kami,” ujar Netanyahu dalam sebuah wawancara.
Perspektif Internasional dan Prospek Perkembangan
Tuntutan Erdogan ini menambah ketegangan diplomatik antara Turki dan Israel yang sudah lama terjalin dengan ketegangan. Meski begitu, langkah Erdogan mendapat dukungan dari sejumlah negara yang mendukung Palestina, termasuk negara-negara anggota Liga Arab.
Namun, beberapa pengamat internasional memandang tindakan Erdogan sebagai upaya untuk memperkuat posisi politiknya di mata masyarakat Turki, khususnya di tengah situasi domestik yang penuh tantangan. “Erdogan sering menggunakan retorika keras untuk menggalang dukungan politik dalam negeri, terutama menjelang pemilu. Tuntutan ini bisa jadi bagian dari strategi tersebut,” ujar Dr. Mehmet Ali, seorang analis politik di Universitas Ankara.
Kendati demikian, dampak dari tuntutan ini terhadap hubungan internasional masih belum jelas. Sejumlah negara Barat, seperti Uni Eropa dan Amerika Serikat, menyarankan agar Turki tetap fokus pada diplomasi dan tidak memperburuk ketegangan yang sudah ada. Mereka juga menekankan perlunya solusi damai untuk konflik Israel-Palestina.