
Serangan 7 Oktober
Mantan Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, baru-baru ini membuat pengakuan mengejutkan terkait peranannya dalam serangan yang terjadi pada 7 Oktober 2025, yang mengakibatkan banyak korban jiwa, termasuk warga negara Israel. Gallant mengaku memerintahkan serangan yang mengarah pada pembunuhan. Terhadap sejumlah warga Israel dalam upaya mempertahankan negara dari serangan yang semakin membahayakan. Pengakuan ini mengundang perhatian dunia internasional. Mengingat dampaknya yang besar terhadap hubungan Israel dengan negara-negara lain serta pertanyaan terkait moralitas dan hukum internasional.
Dalam sebuah wawancara eksklusif yang dilakukan oleh salah satu stasiun televisi terkemuka Israel, Gallant mengungkapkan bahwa keputusan untuk menginstruksikan serangan tersebut diambil dalam situasi yang sangat mendesak. Di mana pemerintah Israel merasa terancam oleh kekuatan musuh yang menyerang dari berbagai front. Namun, Gallant juga menyatakan bahwa meskipun tindakan tersebut sangat keras, itu dianggap sebagai langkah taktis untuk melindungi negara Israel.
Latar Belakang Serangan 7 Oktober
Serangan yang terjadi pada 7 Oktober 2025 merupakan bagian dari eskalasi konflik. Sudah berlangsung antara Israel dan kelompok-kelompok yang disebut oleh Israel sebagai teroris. Serangan ini melibatkan serangkaian serangan udara, pemboman, serta operasi militer besar-besaran di berbagai wilayah. Termasuk di kawasan yang dihuni oleh warga sipil. Pemerintah Israel mengklaim bahwa serangan tersebut dilakukan untuk menghentikan serangan musuh yang dipimpin oleh kelompok militan yang berada di perbatasan Gaza.
Namun, serangan besar-besaran yang diinstruksikan oleh pemerintah Israel juga menyebabkan banyak korban jiwa yang berasal dari kalangan warga sipil Israel, yang tidak terlibat langsung dalam pertempuran tersebut. Terungkap bahwa dalam beberapa insiden, warga sipil yang berada di wilayah yang terkena serangan langsung. Menjadi korban tanpa ada pembelaan yang memadai. Ini menjadi isu kontroversial yang sangat memicu perdebatan di dalam negeri maupun di tingkat internasional.
Pengakuan Gallant dan Reaksi Publik
Dalam wawancara tersebut, Yoav Gallant menyatakan, “Keputusan untuk melaksanakan serangan ini adalah keputusan yang sangat sulit. Namun, kami tidak punya pilihan lain. Saya memberi perintah untuk membela negara dan memastikan keselamatan negara Israel.” Gallant menambahkan bahwa serangan tersebut bertujuan untuk menghancurkan kapasitas musuh yang bisa mengancam keamanan negara, meskipun dalam prosesnya, sejumlah warga Israel tewas.
Namun, pengakuan ini langsung menimbulkan reaksi keras dari berbagai pihak. Banyak kelompok hak asasi manusia dan organisasi internasional mengecam tindakan tersebut sebagai pelanggaran terhadap hukum internasional, yang melarang serangan yang tidak memihak pada sasaran militer dan mengakibatkan korban jiwa di kalangan warga sipil. Amnesty International dan Human Rights Watch mengutuk keras penggunaan kekuatan yang berlebihan, yang tidak membedakan antara militan dan warga sipil.
Di dalam negeri, beberapa pihak menyatakan bahwa Gallant telah bertindak sesuai dengan kewajibannya untuk melindungi negara. Sementara lainnya mempertanyakan etika dan dampak dari tindakan yang diperintahkan. Banyak yang berpendapat bahwa meskipun serangan tersebut dilakukan untuk mempertahankan keamanan negara. Namun mengabaikan banyaknya korban jiwa dari kalangan warga sipil adalah sebuah hal yang harus dipertanggungjawabkan.
Reaksi Pemerintah dan Tanggapan Internasional
Pemerintah Israel melalui juru bicaranya menyatakan bahwa mereka mendukung sepenuhnya keputusan Gallant yang diambil pada waktu itu. Mengingat ancaman yang dihadapi oleh negara Israel pada saat serangan. Namun, mereka juga mengingatkan bahwa setiap tindakan yang dilakukan oleh militer Israel tetap akan melalui prosedur hukum yang ketat, terutama dalam hal pemilihan sasaran serangan.
Di tingkat internasional, reaksi beragam terus mengalir. Negara-negara Barat, yang selama ini mendukung Israel dalam konflik dengan Palestina, menunjukkan rasa prihatin atas pengakuan tersebut. Beberapa negara, meskipun tetap mendukung hak Israel untuk membela diri, meminta agar tindakan lebih selektif diambil guna menghindari jatuhnya korban jiwa yang tidak terlibat langsung dalam konflik.
Selain itu, beberapa negara di dunia Arab, yang selama ini bersikap kritis terhadap kebijakan militer Israel. Memandang pengakuan Gallant ini sebagai bukti bahwa tindakan keras yang dilakukan oleh Israel dalam beberapa tahun terakhir telah menyebabkan kerugian besar. Baik bagi rakyat Palestina maupun warga Israel sendiri. Mereka mendesak agar solusi diplomatik yang lebih menyeluruh segera dicari untuk menyelesaikan konflik tersebut.
Isu Hukum Internasional dan Masa Depan Konflik
Dengan adanya pengakuan ini, para pakar hukum internasional mulai mempertanyakan apakah tindakan yang diperintahkan oleh Yoav Gallant dapat dianggap sebagai pelanggaran terhadap Konvensi Jenewa. Melarang serangan yang membahayakan kehidupan warga sipil yang tidak terlibat dalam konflik. Meski tindakan tersebut dilakukan dalam upaya mempertahankan negara, banyak pihak yang menyatakan bahwa setiap tindakan militer harus mematuhi prinsip proporsionalitas dan membedakan antara sasaran militer dan warga sipil.
Di sisi lain, meskipun pengakuan Gallant ini menambah ketegangan dalam konflik Israel-Palestina. Banyak yang berharap bahwa peristiwa ini bisa menjadi titik balik. Untuk mendorong terjadinya pembicaraan damai yang lebih serius antara kedua belah pihak. Negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa terus berupaya mengusahakan solusi yang lebih permanen untuk mengakhiri konflik yang sudah berlangsung puluhan tahun ini.