
Sebuah Cerita Tentang Pelestarian Kuliner Lokal Papua
Jayapura, 13 Februari 2025 – Pelestarian Kuliner Lokal Papua merupakan bagian dari warisan budaya yang kaya akan cita rasa dan sejarah. Namun, perkembangan zaman dan perubahan pola konsumsi masyarakat mengancam eksistensinya. Berbagai upaya dilakukan oleh komunitas adat, pegiat kuliner, dan pemerintah daerah untuk melestarikan makanan khas Papua agar tetap bertahan dan dikenal generasi mendatang.
Dalam acara “Festival Kuliner Papua” yang digelar di Jayapura pekan lalu, sejumlah makanan tradisional seperti papeda, ikan kuah kuning, sagu bakar, hingga ulat sagu kembali diperkenalkan ke masyarakat luas. Acara ini bertujuan untuk mengedukasi generasi muda serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga warisan kuliner daerah.
Melestarikan Cita Rasa Papua
Menurut Yohanis Wonda, seorang pegiat kuliner Papua, tantangan utama dalam menjaga makanan tradisional adalah ketersediaan bahan baku dan preferensi masyarakat yang berubah. “Banyak anak muda lebih memilih makanan cepat saji dibandingkan makanan tradisional kita. Padahal, makanan khas Papua kaya akan nutrisi dan sangat bermanfaat bagi kesehatan,” kata Yohanis.
Selain itu, perubahan ekosistem akibat eksploitasi sumber daya alam turut mempengaruhi ketersediaan bahan pangan khas Papua. “Jika kita tidak segera bertindak, kuliner khas Papua bisa semakin langka di masa depan,” tambahnya.
Dukungan Pemerintah dan Komunitas Lokal Pelestarian Kuliner Lokal Papua
Pemerintah Provinsi Papua melalui Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah menggagas berbagai program untuk mengangkat kuliner tradisional ke ranah pariwisata. Kepala Dinas Pariwisata Papua, Markus Tabuni, mengungkapkan bahwa pihaknya bekerja sama dengan pelaku usaha kuliner, hotel, dan restoran agar makanan khas Papua semakin dikenal.
Baca Artikel Lainnya : Kata Pemerintah Agar Siap Mengantisipasi Dampak Kebijakan Tarif dari Amerika Serikat
“Kami mendorong lebih banyak restoran untuk menyajikan makanan khas Papua serta mengadakan pelatihan bagi masyarakat untuk mengembangkan usaha berbasis kuliner lokal,” jelas Markus.
Selain itu, komunitas adat seperti Lembaga Adat Papua juga aktif mengadakan lokakarya memasak makanan tradisional bagi generasi muda. Ketua Lembaga Adat Papua, Mama Rina Kogoya, menuturkan bahwa mereka berusaha menjaga keaslian resep makanan Papua. “Kami ingin generasi muda memahami nilai budaya yang terkandung dalam makanan tradisional kita,” katanya.
Memanfaatkan Digitalisasi untuk Promosi
Di era digital, pelestarian kuliner lokal juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan media sosial. Beberapa kreator konten asal Papua mulai membuat video resep dan dokumentasi kuliner khas daerah mereka di platform seperti YouTube dan Instagram. Salah satu yang cukup dikenal adalah akun “Rasa Papua,” yang dikelola oleh sekelompok anak muda Jayapura.
“Dengan adanya media sosial, makanan khas Papua dapat dikenal lebih luas. Ini juga bisa menarik minat wisatawan untuk datang dan mencicipi langsung,” ujar Daniel Kawi, salah satu pendiri “Rasa Papua.”
Kesimpulan dan Harapan ke Depan
Pelestarian kuliner lokal Papua bukan sekadar mempertahankan cita rasa, tetapi juga menjaga identitas budaya. Dengan dukungan dari komunitas adat, pemerintah, dan generasi muda, kuliner khas Papua diharapkan tetap lestari dan semakin dikenal, baik di dalam negeri maupun di dunia internasional.
Di masa depan, diharapkan lebih banyak rumah makan dan restoran menyajikan makanan khas Papua sebagai bagian dari identitas kuliner nasional. Teknologi digital pun diharapkan semakin memperkuat eksistensi kuliner Papua di kancah global. Dengan begitu, generasi mendatang masih dapat menikmati dan melestarikan kekayaan kuliner warisan leluhur mereka.